Pages

Friday, June 25, 2010

Pesona Peri


                             
S
uatu hari dalam perjalanannya menyusuri semak padi yang baru saja meninggi dan saling menggandeng titik tumpuannya….
Tapak lurus itu sebenarnya tak bermaksud menunjuk kearah sana, tapi bisikan
lain memintanya untuk mengetahui apa yang ada di luar lingkup segumpal otak kecilnya yang masih lugu. Dan dengan kekuatan lingkar pendengarannya dia menyusup perlahan bahkan tidak terdengar bisik gesekan. Terus lurus….meskipun disela itu ada petunjuk yang menunjukan ada jalan lain yang bisa dilewati.
Beberapa kali ditemui belum bergeming, tapi ada petunjuk yang berbeda dengan sebelumnya. Dengan menggunakan instingnya menatap dengan tajam sekian menit yang mengakhirinya dengan keputusan pasti. Finally jari itu ikut juga pada sosok itu.... meskipun jalan tetap sama setidaknya ada penjara hati yang terlepas dan mengingatkan mungkin ini yang akan mengantarkan pada suatu rumah kehidupan baru. Semakin cepat perjalanan sampai-sampai tidak terlihat lagi ada mahkluk lain di sekelilingnya bahkan kulitnya saja tidak lagi merasakan angin yang selalu menyapa, apalagi harus merasakan batu tajam yang terinjak, langit yang berubah hitam seakan bisa menimpanya sesaat. Benar-benar merasa terlindungi seakan ada awan sejengkal diatas yang siap menjadi pelindung dengan cara apapun.Apalagi terkadang sang awan membungkusnya dan membiarkan sosoknya terbang melintasi semua. Padahal tak pernah tau kemana ujung, hanya petunjuk awal yang sekilas terlihat sangat jelas,setelah itu ternyata......
Semakin berlari detik waktu, semakin cepat gumpalan meninggalkan petunjuk sampai pada lesatan terjauh. Kuasa sang awan  memang mampu menggelapkan tatapan, dan sudah akan bersorak sebentar lagi karena benar-benar mendapatkan peri yang berubah menjadi bayangan yang pasti akan selalu menjadi pengikutnya. Apapun bentuknya, lantun gerak, pelangi warna, tetap saja menjadi bayangan hitam.... Pasrah mungkin menjadi kata tepat, lindungan awan tadi hanya memberinya fantasi diawal, sekian waktu terbuai akan itu dan kenyataanya.....lihat saja sendiri.
Kembali mengulang apa yang menjadi keinginan hati tapi sudah samar, karena peri sudah terlalu jauh pergi, sangat jauh untuk mengetahui kembali apa yang sebelumnya menjadi mimpi di titik awal. Sampai pada ribuan detik setelahnya dia terkesima pada aroma kenyatan yang memang menjadi bagian dari jiwanya dan harus diterima, karena dia akan hidup dengan itu.
Yang harus diselesaikan sekarang adalah menatap sang awan dan bertanya sampai kapan berakhirnya kereta semak padi itu, atau menunggu akan ada peri lain yang menyemaikan sampai habis dan kosong. Tapi tidak untuk apa berharap lagi pada yang lain, cukup percaya saja pada awan kemana akan melesat. Sambil terus berangan akan melihat jutaan kerlip bintang, matahari yang berseri, cantiknya bulan, keajaiban planet, dan semua yang lain yang tadinya tidak pernah terbayangkan. Semua menjadi mujizat hidup yang akan ada disekeliling, melekat sampai dengan harus menjadi bagiannya, karena seakan awan sedang membawa peri kesana.....
Sesaat tongkat peri beraksi.... membuat lamunan terputus sesaat menyadarkan bahwa dia masih dalam perjalanan yang sama. Dia masih berada di bumi yang dikelilingi semak padi, sangat jauh untuk berada di angkasa yang penuh dengan isinya yang menakjubkan itu. Apa yang terjadi sebenarnya, ternyata dia terhipnotis dengan dongeng sang awan yang bercerita keindahan dunianya di atas sana, sampai-sampai peri hanya mendengarkan permulaan untuk selanjutnya pikiranlah yang berkhayal.....
Sampai dengan tersadar dia tau masih terselimuti, dan sepersekian saat melihat kearah lain... ada sebentuk sinar datang. Tiba-tiba awan melepaskan lingkarannya yang membungkus sang peri, menuju kendaraannya. Sekarang baru tergambar dengan jelas ternyata sinar itu memang alat untuk menjemput. Hanya sunyi tanpa kata-kata yang bisa termuntahkan dari rasa, sang awan tetap bergerak cepat dan pasti meninggalkan.
Mana cerita tadi yang didongengkan...? sepertinya belum selesai.... tapi waktu sudah berakhir untuk itu, teruskan saja dengan khayalan. Buang saja tongkat ajaib itu, sehingga tidak ada lagi yang membangunkan dari alam mimpi. Dan anggap saja sang awan itu hanya wujud indah yang ada di dalam mimpi.....
            ∞

0 comments:

 

Sample text

Sample Text