Pages

Friday, August 13, 2010

Cerita Lama...

§edih juga ya ada rasa seperti ini,dimana bibit bunga yang sudah ditanam dengan niat yang suci harus tersingkirkan…. Kadang dengan tangkainya dia akan berusaha berdiri menegakan tubuhnya yang hampir patah. Kekeringan yang menikam wujudnya membuatnya semakin sekarat. Gelombang akar juga kadang kehabisan nafas untuk memberinya....
kehidupan, tapi dia tidak mungkin mati karena tidak ada tulisan bahwa ini saatnya untuk mati. Bukan ‘tidak akan’ tapi belum…
Kadang ingin memohon pada angin untuk menggeser dan mengais tanah sehingga dapat menutup sosoknya yang berubah menjadi coklat. Jalan terbaik yang harus ditempuh untuk mengakhiri rasa. Disekitar ada tempatnya untuk bersandar, tapi hanya berharap nol persen diantara beribu hantaran yang terasa semu. Padahal itu sangat nyata, tinggal selangkah bergeser dia akan mendapatkan nyawanya, mungkin.... karena tetap saja harus bergantung pada garisan awal. Tapi kenapa tetap saja dia berharap pada angin itu, benar-benar setia menatap dengan pucuk putiknya, menggapai dengan butiran klorofil dan tetap disana tidak bergeming....meskipun bisik. Mulai tetesan air getahnya dipaksa untuk keluar, meskipun dia tau tidak ada yang baik dengan suatu paksaan.
Jarum waktu tidak akan peduli, mana mungkin dia peduli...letaknya saja jauh di sana di kaki langit. Dia tidak punya mata seperti manusia, tidak punya klorofil hijau seperti tanaman, apalagi rasa....jadi untuk apa? Masa di dalam waktu akan tetap hidupkan? Jadi percuma memohon belas kasih untuk berhenti menunggu.
Angin akan tetap pada letak angkuh dengan semua keanggunan yang dipamerkan, tanpa sadar siapa saja yang akan tertoreh oleh kesan itu. Mungkin satu dari seribu...bahkan sejuta bersujud memohon hembusannya dapat menghampiri merubah nasib, tapi maaf bukan salahnya penuh. Disana bunga sekarat itu harus berempati akan rasa pujaannya itu.
Ðiawal.....
boleh saja dia sempat tertanam dan bisa membelah diri...
boleh saja dia sempat tumbuh dan melukis warna...
dan mulai menampakkan wujudnya

Tapi tidak semudah itu bisa menembus waktu dan tersenyum ditengah-tengah prosesnya. Disana dia akan berjuang dengan kepedihan dan bersahabat dengan cobaan. Coba saja bertahan, mungkin ada yang iba melihat kesedihan itu, tapi jangan pernah berharap semua keindahan akan dimiliki. Di ujung akan tau pada akhirnya, bahwa tungkainya akan membungkuk, warnanya akan berubah coklat, bentuknya akan berkerut, kulitnya akan mengering....rapuh dan menyatu dengan debu. Apalagi sisa yang dapat diberikan? menopah nasibnya saja sudah membuatnya nyaris mati.
Ditambah lagi dengan harapannya pada sang angin yang agung tidak tertoleh.
Selamat jalan bunga, tidak perlu memaksa ruh untuk terbang, cukup diam sejenak untuk tetap menyatu dengan bumi. Mungkin saja angin bisa bertiup dan pergi, tapi disana ada sepercik hujan yang siap menggantikan tempatnya dan menitipkan setitik embun dalam hati....

1 comments:

keke said...

never give up!!

 

Sample text

Sample Text